Sengaja kuberi judul putih, dengan harapan semua akan baik-baik saja walaupun kosong. Seperti layaknya kertas putih yang kosong, akan tetap terlihat baik.
Diary, aku mau cerita.
24 Januari 2022 kemarin, aku jalan sama dia ke tempat kopi. Seperti waktu-waktu terakhir, memang dia sepertinya tidak begitu menikmati pertemuan kami. Sering sekali mengajakku untuk segera pulang. Kamu tau kenapa? Ternyata dia sudah ada janji mau jemput perempuan lain. Dan, karena aku menolak untuk pulang, aku ditinggal. Dia lebih memilih untuk pergi bersama perempuan baru itu.
Hancur seketika hatiku. Perih sekali. Rasa dingin merayapi hati. Ternyata, bila diharuskan untuk memilih, dia tidak akan memilihku.
Hah, lebih baik tidak usah menyuruhnya memilih bukan? Toh aku juga belum sepenuhnya siap melepaskannya. Tapi pelan-pelan sepertinya aku sudah mulai bisa menerima kenyataan. Kenyataan bahwa F bukan milikku. Ia hanya seseorang yang diizinkan Tuhan untuk singgah di hidupku dan melakukan dosa bersama-sama. Mungkin ini ujian sekaligus hukuman untukku.
Coba lihat perempuan-perempuan lain di luar sana, banyak sekali yang nasibnya jauh menyakitkan. Hancur dan disia-siakan perasaannya, masa depannya. Sementara aku? rasa sakit dan kehilangan ini, tidaklah seberapa dibandingkan luka mereka. Jadi, tidak sepantasnya aku berlarut-larut dalam kesedihan.
Yang ingin pergi, biarkan pergi. Tak perlu kau halangi. Karena kalau dia memang milikmu, dia tetap akan kembali padamu. Kalau dia tidak ditakdirkan Tuhan untukmu, tidak peduli sekuat apapun kau menahannya, dia akan tetap pergi.
Jadi untuku wahai, F. Pergilah bila kau ingin pergi. Bersenang-senanglah bila itu yang ingin kau lakukan saat ini.
Komentar
Posting Komentar