Langsung ke konten utama

Postingan

Restart

Aku tipe manusia yang apabila jenuh dan bad mood, semua kreatifitasku tersendat. Tidak tahu apa yang harus aku kerjakan. Stuck dan benar-benar blank mind. Aku mencintai pekerjaanku dan juga tempatku bekerja. Aku hanya butuh waktu untuk istirahat sejenak dan menghirup udara segar. Melakukan hal yang di luar rutinitas keseharian. Melihat Alam yang hijau dan asri serta menghirup udara pegunungan yang sejuk dan segar. Aku butuh semua itu sekarang. Tapi nggak tahu harus pergi dengan siapa. Stuck banget ini otak. Nggak tahu harus mulai kerja dari mana.
Postingan terbaru

Lepas

Aku ingin lepas dan melepaskan. Dengan sepenuhnya. Sama sekali tidak ada manfaatnya kedekatan kami. Memberikan kebahagiaan? Seberapa bahagia? Yang ada aku hanya sebagai sumber pemanfaatan tanpa batas baginya.  Kalau sebelumnya aku mengikuti alur permainannya, itu karena akupun ingin bermain-main saja. Tapi kali ini tidak. Aku ingin bahagia. Bahagia yang sesungguhnya. Maka aku harus melepaskan segala sesuatu yang menahan kebahagiaan itu datang padaku. Salah satunya perasaanku ke MF. Benar-benar harus aku lepaskan dan relakan dengan sepenuhnya. Aku sedang tidak ingin bermain-main. Aku sedang menunggu hadirnya kembali cinta di hatiku. Cinta yang sesungguhnya. Yang hanya ingin memberi tanpa tuntutan menerima imbalan. Tanpa azas saling memanfaatkan di dalamnya. Aku menunggu cinta yang sesungguhnya. Dan itu bukan MF.

Hempas

Dear Diary, Sebegitunya F enggan berhubungan denganku. Semua akses komunikasi kami dia putus. Wa, dan semua akun ig-ku dia block. Sejijik itukah dia padaku? Padahal waktu sama kiki nggak segininya dia.  Ternyata aku lebih hina baginya dibanding kiki. Menyakitkan sekali rasanya.  Jangan pertemukan lagi aku dengannya, Tuhan. Baik sengaja maupun tidak. Terlalu menyakitkan.

Putih

Sengaja kuberi judul putih, dengan harapan semua akan baik-baik saja walaupun kosong. Seperti layaknya kertas putih yang kosong, akan tetap terlihat baik. Diary, aku mau cerita. 24 Januari 2022 kemarin, aku jalan sama dia ke tempat kopi. Seperti waktu-waktu terakhir, memang dia sepertinya tidak begitu menikmati pertemuan kami. Sering sekali mengajakku untuk segera pulang. Kamu tau kenapa? Ternyata dia sudah ada janji mau jemput perempuan lain. Dan, karena aku menolak untuk pulang, aku ditinggal. Dia lebih memilih untuk pergi bersama perempuan baru itu. Hancur seketika hatiku. Perih sekali. Rasa dingin merayapi hati. Ternyata, bila diharuskan untuk memilih, dia tidak akan memilihku.  Hah, lebih baik tidak usah menyuruhnya memilih bukan? Toh aku juga belum sepenuhnya siap melepaskannya. Tapi pelan-pelan sepertinya aku sudah mulai bisa menerima kenyataan. Kenyataan bahwa F bukan milikku. Ia hanya seseorang yang diizinkan Tuhan untuk singgah di hidupku dan melakukan dosa bersama-sama. ...

Berat

Semakin hari rasanya semakin berat menjalani pekerjaan di sana. Bukan, bukan karena pekerjaannya yang tidak ku sukai, tapi tempat bekerjanya. Aku benar-benar ingin segera meninggalkan tempat itu.  Memang sia-sia apa yang sudah kubangun dan kuperjuangkan tujuh tahun terakhir ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku tak bisa memutar balik waktu. Kalaupun bisa, aku sepertinya akan tetap menjalani pilihan ini.  Ini adalah konsekwensi yang sudah aku tahu sebagai kemungkinan terburuk. Dikeluarkan dari tempat kerja. Ini adalah harga yang harus aku bayar di dunia, belum lagi di akhirat. Aku tau, dosaku sangat besar, Tuhan. Tapi aku tidak mampu keluar dari situasi ini. Aku dan dia sudah begitu mengikat. Ada kenyamanan lain yang kudapat. Sulit sekali melepaskannya.

Tanpa kabar

Hari ini, tanpa kabar dan tanpa keinginan sama sekali untuk berkomunikasi. Sepertinya memang sebenarnya hubungan kami sudah lama berakhir. Bulan-bulan terakhir ini tak lebih dari kesia-siaan. Tapi tak apa, kami sudah berusaha.