Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Berat

Semakin hari rasanya semakin berat menjalani pekerjaan di sana. Bukan, bukan karena pekerjaannya yang tidak ku sukai, tapi tempat bekerjanya. Aku benar-benar ingin segera meninggalkan tempat itu.  Memang sia-sia apa yang sudah kubangun dan kuperjuangkan tujuh tahun terakhir ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku tak bisa memutar balik waktu. Kalaupun bisa, aku sepertinya akan tetap menjalani pilihan ini.  Ini adalah konsekwensi yang sudah aku tahu sebagai kemungkinan terburuk. Dikeluarkan dari tempat kerja. Ini adalah harga yang harus aku bayar di dunia, belum lagi di akhirat. Aku tau, dosaku sangat besar, Tuhan. Tapi aku tidak mampu keluar dari situasi ini. Aku dan dia sudah begitu mengikat. Ada kenyamanan lain yang kudapat. Sulit sekali melepaskannya.

Tanpa kabar

Hari ini, tanpa kabar dan tanpa keinginan sama sekali untuk berkomunikasi. Sepertinya memang sebenarnya hubungan kami sudah lama berakhir. Bulan-bulan terakhir ini tak lebih dari kesia-siaan. Tapi tak apa, kami sudah berusaha.

Pertama Kali

Hari ini, setelah 21 bulan, pertama kalinya F mengungkapkan keinginannya untuk selesai sampai sini.  Langsung saja aku setujui saat itu. Karena aku tahu, dia memang sudah ingin pergi. Tapi karena satu dan lain hal, kami memaksakan untuk tetap tinggal. Nanti, saat memang betul-betul sudah waktunya kami selesai, semoga kami benar-benar sudah siap.

Bego

Mau sampai kapan sih aku goblok kayak gini? Sekolah tinggi-tinggi, ketemu cinta tetep aja bego. Udahlah, lepasin aja kenapa si? Apa hebatnya dia? Sadar dong gw. 

Udahan Aja?

Akhir-akhir ini memang sering banget kepikiran untuk udahan. Bukan apa-apa sih, karena gw ngerasa sering ga dianggap aja, sering disepelein, nggak dipentingin, dan sering dicuekin. Dulu gw pernah bilang, apa yang bikin gw tetep stay sama dia? Karena gw ngerasa dicintai. Gw ngerasa dispesialkan. Tapi, akhir-akhir ini udah nggak kayak gitu sih. Kalau dipikir-pikir, apa sih hebatnya dia? Ganteng banget nggak, ya walaupun nggak jelek juga. Cuma belum glow up aja. Banyak duit juga enggak. Lebih sering gw yang ngeluarin duit buat dia. Nggak keitung lah berapa juta. Malah karir gw berantakan karena mantannya yang nggak terima. Terus, apa yang bikin gw bertahan? Cinta? Halah, bcd. Mungkin karena gw belum nemuin pengganti aja kali ya.

Anak Kecil

Harus punya ekstra sabar memang kalau menghadapi anak kecil. Si F ini, memang sudah banyak berubah dibandingkan awal hubungan kami. Dia yang tadinya banyak mengalah, perlahan mulai terlihat aslinya. Entah karena perasaannya terhadapku juga mulai berubah, aku nggak bisa nebak. Tapi yang jelas menjadi lebih gampang tersinggung, gampang badmood dan nggak peduli apakah aku marah atau kecewa. Benar-benar nggak peduli. Tapi aku sudah berjanji untuk tetap menemaninya sampai dia yang benar-benar menginginkan aku, pergi karena sudah punya pengganti. Jadi sekarang disabar-sabari saja. Sambil terus fokus mengupgrade diri menjadi jauh lebih baik. Nggak usahlah dipikirin kelakuannya yang cuek, yang masa bodo, dan tidak peduli. Tunaikan saja janjimu. 

Mager

Hari Minggu biasanya jadwal aku nyetrika baju. Tapi nggak tau deh, ini sifat males nggak mau pergi. Beneran seharian ini cuma makan, tidur, ngopi, ngeroko, nonton film, sama main sosmed. Sama sekali nggak produktif. Ada sih bikin status lumayan panjang di FB, dengan harapan dibaca sama petinggi-petinggi yayasan.  Mau chatan sama si F juga lagi nggak asik diajakin ngobrol. Ngambek nggak jelas. Dasar anak kecil.

Gara-gara Adi

Dan akhirnya mulai keliatan dampaknya. Gw hari ini di telepon sama pinjol akulaku. Dari cara teleponnya sih seolah nomor gw itu ya nomornya si F. Tagihan sejumlah 500.000 sudah jatuh tempo dan harus dibayarkan sore ini sebelum jam 6. Feeling gw agak ga enak nih. Mulai kejebak yang kayak gini.  Gw langsung dong wa si F ini buat ngasih tau kejadiannya dan menyampaikan kekhawatiran gw soal dampak kedepannya. Dia bilang sih akan beresin soal itu sama si Adi sialan itu. Dan langsung cut omongan-omongan gw perihal itu.  Ya oke. Lo beresin lah, selama itu nggak usik gw. Dan sepertinya gw juga harus nggak usah terlalu khawatir lah ya. Seperlunya aja. Ya, gw ngurusin dia, tapi nggak perlu terlalu terikat emosi lah ya. Selow aja gw harusnya. Karena, balik lagi ke tujuan gw stay sama dia, ya mau ngurusin dia, mengisi kekosongan peran Ibunya.  Tapi tetep harus ada batasan ya. Gw juga males ribut mulu sama dia. Jadi ya ... let it flow aja.

Mulai Tersisih

Dear diary, sedih banget sebenernya. Saat menyadari bahwa aku memang diabaikan. Hanya dicari saat dia butuh dan abai saat dia tidak butuh. Status WA online, tapi chat aku nggak dibuka. Onlinenya lama pula. Itu pasti definisi dari 'nggak penting', kan? Tapi aku lelah ribut. Lelah protes yang selalu berujung pertengkaran dan sama sekali tidak mengubah apa-apa. Jadi, buat apa? Terima saja. Sampai salah satu dari kami memutuskan untuk berbalik.

Kisah Baru

Sudah hampir dua tahun. Tepatnya 20 bulan kisahku dan F tertulis. Tepatnya di 07 November 2019. Begitu banyak kontra tentu saja, karena ini kisah mustahil yang seharusnya tidak pernah tertulis. Selain jarak usia kami yang sangat jauh, bayangkan, 17 tahun. Aku, lebih dulu hadir di dunia 17 tahun sebelum dia. Disamping itu, statusku yang memang tidak seharusnya memiliki kisah lain selain dengan Matahari. Ah, sepertinya pas sekali kalau kunamai dia Bintang. Kecil berkilau, dan memenuhi langitku. F, mulai saat ini dalam kisahku, kupanggil kau; Bintang. Aku mencintainya? Entahlah. Tapi kupastikan tanpa ragu, aku menyayanginya. Aku ingin selalu ada untuknya. Aku ingin menjadi orang pertama tempatnya pulang saat dia sedang tidak baik-baik saja. Aku selalu mengkhawatirkannya.  Tapi bulan-bulan terakhir ini banyak sekali terjadi pertengkaran, Hal kecil sekalipun sepertinya bisa dengan mudah memicu perdebatan kami. Entah karena Bintang kecil itu sudah mulai bosan, atau memang kami sudah suli...